Monitoring Burung Hutan Di Desa Dayeuh Luhur Ganeas, Sumedang




Kali ini kami dari Biological Bird Club “Ardea” melakukan kegiatan pelatihan burung hutan pada tanggal 28-30 September 2017 di kawasan yang memiliki potensi keanekaragaman burung yang tinggi, yaitu di Desa Dayeuh Luhur, Sumedang, Jawa Barat. Pelatihan kali ini ada yang berbeda karena, kami bergabung dengan pelatihan dari BSO Forum Studi Primata.
Perjalanan di mulai pada tanggal 28 September pagi yang menaiki bus antarkota Jakarta-Sumedang. Perjalanan kira-kira menempuh waktu 6 jam untuk sampai ke Sumedang, tidak berhenti di situ juga untuk sampai ke Desa Dayeuh Luhur. Kami harus menaiki mobil pick up untuk sampai ke tempat tujuan. Perjalanan yang cukup menyenangkan karena melihat suasana kota Sumedang yang berbeda dengan kota Jakarta yang sangat padat. Sesampainya di homestay, kami menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan untuk makan malam dan pengamatan.
Pada kali ini, tim BBC melakukan pelatihan burung nocturnal. Segala sesuatu yang di butuhkan untuk pengamatan di persiapkan seperti senter, tabulasi data dan kamera. Pengamatan kali ini terdiri dari Panji B Surata Azis, Shilah Nuzula Utami, Efa Uswatun Khasanah, Annisa Haryanti Nurhasanah, Ayu Tantri Winna Asmara dan di damping oleh Mang Opan selaku masyarakat setempat. Perjalanan di mulai pada pukul 20.00 dan kami menyusuri jalur yang sudah ada. Pengamatan yang sedikit mengecewakan karena kami tidak menemukan burung satu pun hingga ke titik akhir perjalanan, namun kami menemukan primata ialah Kukang ( Nycticebus javanicus ), yang sedikit mengobati rasa kekecewaaan malam ini. Pengamatan malam pertama kira-kira berakhir pada pukul 22.30 dan kembali ke homestay untuk beristirahat.
            Pagi menyongsong namun langit masih bercengkrama dengan awan gelap nya dan dingin nya kabut yang menyelimuti Desa Dayeuh Luhur, Sumedang. Adzan Shubuh berkumandang menandakan waktunya untuk Sholat dan bersiap untuk pengamatan pagi pertama. Segala sesuatu pengamatan dipersiapkan seperti binokuler, tabulasi data, buku panduan lapangan, dan kamera. Kami mulai pengamatan sekitar pukul 07.00 dengan keadaan cuaca yang sangat cerah ditemani Burung Walet Linci(Collocalia linchi) yang terbang kesana kemari. Pada pengamatan pagi pertama ini, kami menggunakan metode Point Count, yaitu suatu metode dengan pengamatan dilakukan dengan cara menentukan suatu wilayah dan pengamat diam di titik tengah serta mencatat jika ada burung di point tersebut. Pada per jalanan hari pertama ini kami menemukan 9 species burung . Burung yang kami anggap menarik ialah burung Srigunting Kelabu (Dicrurus leucophaeus), Sempur Hujan Rimba (Eurylaimus javanicus), dan burung raptor yaitu Elang Hitam(Ictinaetus malayensis).



Perjalanan yang melelahkan namun semua itu terbayar akan indahnya alam yang lestari ini. Pada pukul 10.00 kami beristirahat di saung untuk makan siang dan mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan pada pukul 14.00-17.00 dan kembali ke homestay. Sesampainya di homestay kami beristirahat serta mempersiapkan diri untuk pengamatan pagi di hari esok.
            Pagi kedua di Desa Dayeuh Luhur, Sumedang matahari menyinari alam ini dengan hangatnya dan suasana yang menyejukan. Pengamatan pagi kedua pun siap untuk dijalani. Seperti hari kemarin, kami jalan pada pukul 07.00 dan perjalanan kali ini akan membawa kami ke suatu tujuan yaitu Curug Gorobog. Perjalanan yang indah nan tentram. Kami disambut oleh Burung Walet Linci (Collocalia linchi) di sepanjang perjalanan. Di pengamatan kali ini kami menggunakan metode Transect (Jalur) yang merupakan metode dimana seorang pengamat berjalan sepanjang jalur dan mencatat burung yang ditemukan. Pada pengamamatan kedua ini kami menemukan 14 species burung.
            Pada pengamatan kedua ini kami menemukan burung yang kami anggap menarik yaitu  Kadalan Birah (Rhamhococcyx curvirostris) dan Elang Ular Bido(Spilornis cheela). Burung Kadalan Birah merupakan burung hutan yang sangat cantik berukuran besar, mempunyai paruh hijau, memiliki ekor panjang dengan ujung merah karat. Pada mahkota dan tengkuk memiliki warna abu-abu, tubuh bagian atas hijau pucat, kulit muka sekitar mata berwarna merah, tubuh bagian bawah merah karat, dan tidak ada warna putih pada ekor yang berujung merah karat. Burung ini mempunyai iris biru (jantan) atau kuning (betina), paruh hijau berpangkal merah (jantan) atau berpangkal coklat (betina), kaki coklat abu-abu. Kadalan Birah umum  di jumpai di beberapa tempat dataran rendah sampai ketinggian 1.100 m (kadang-kadang lebih tinggi). Sering mengunjungi belukar di hutan-hutan, kadang-kadang berpasangan atau dalam kelompok kecil. Makanan burung ini berupa serangga, terkadang burung ini bertengger diam untuk waktu yang lama pada tajuk pohon kecil.
            Lain lagi dengan Elang Ular Bido(Spilornis cheela) , elang ini merupakan elang yang cukup umum dengan ukuran yang sangat bervariasi. Pada elang ini memiliki pundak dan tubuh bawah secara bervariasi tertutupi bintik-bintik putih. Burung betina rata-rata lebih besar 4-6% dari jantan. Bentuk sayap pendek, bulat dan lebar. Warna garis tebal putih pada ekor dan garis putih panjang pada sayap yang sangat jelas terlihat saat terbang. Burung ini termasuk burung penyendiri tidak berkelompok.
            Perjalanan mengarungi hutan, kebun teh pun telah usai setelah kami menemukan jalanan beraspal, yang akan membawa kami ke Curug Gorobog untuk bertemu dengan tim Forum Studi Primata. Perjalanan yang cukup panas namun sejuk yang pada akhirnya menemukan kami pada tempat tujuan. Sesampainya di tempat tujuan kami beristirahat untuk memulihkan tenaga saat berjalanan dari tadi pagi. Di saat pukul 14.00 kami bergegas untuk balik ke homestay. Namun kali ini kami menaiki mobil pick up, tidak habis disini ceritanya sebelum balik, kami bersama anak Forum Studi Primata Liwetan bersama disaksikan alam Sumedang.
 Waktu pun berjalanan dan mengharuskan kami bersiap-siap untuk kembali ke rutinitas seperti biasa di Jakarta. Tak lupa sebelum pulang kami berpamitan dengan Mamang yang telah menghantarkan kami dalam perjalanan untuk mengambil data. Perjalanan indah nan dingin menaiki mobil pick up di bawah langit Sumedang di temani bintang-bintang yang malu memunculkan kehadirnya karena suasana mendung yang hadir. Tak terasa perjalanan yang sangat singkat ini harus kami akhiri dengan menaiki bus antarkota Sumedang-Jakarta pada pukul 23.00 dan kurang lebih kami sampai di Jakarta pada pukul 03.00


Penulis : Ayu Tantri Winna Asmara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar