Peserta dari Pertemuan Pengamat Burung Indonesia ke-9 |
Rundown : Seminar di Gedung Roedhiro UNSOED – menginap di MtS Pakis – Pengamatan burung di daerah sekitar Telaga Kumpe.
Pembicara Seminar :
- Pak Agus dari YAPEKA : Suksesnya ekowisata berbasis kehati
- Mas Imam : Avitourism, pembicaraannya lebih ke desa ramah burung Jatimulyo
- Mas Kukuh : Cara membangun jaringan nasional situs avitourism
- Mas Swiss : Aplikasi Burungnesia, menawarkan volunteer untuk mengambil data mengisi daerah-daerah kosong yang belum terisi untuk Atlas Burung Indonesia (ABI)
- Pak Baskoro : Citizen science
- Mas Ari : Cerita awal beliau dari pemburu lalu terketuk hatinya sehingga menjadi pelindung burung
- Konsep Trihita Karana
- Harapan launching ABI 2020 pada saat PPBI X di Jakarta
- Mas Swiss butuh volunteer untuk design dan spasial pembuatan ABI
- Burungnesia 3.0 release Desember
- Big mounth : banyak-banyakan list burung, hadiahnya ada Archipelago, binokuler, outputnya jadi data burungnesia
- Asian Bird Fair yang rencana mau diadain di Indonesia, perwakilannya ada Mas Imam, Mas Kukuh, dan Mba Ronna ---- Industri wisata pengamatan burung (Birding Indonesia)
- Disusun dan Disepakati Kode Etik Pengamat Burung Indonesia
Foto perwakilan PPBI XI dari Tim BBC "Ardea" |
Salam Lakune
Nyong Rika Padha
Seperti biasa, kegiatan Pertemuan Pengamat Burung
Indonesia (PPBI) rutin diadakan setiap tahunnya. Kali ini, kegiatan PPBI IX diadakan
di Banyumas yang berlangsung pada tanggal 1-3 November 2019 bertema “Konservasi
Burung Berbasis Desa”. Ratusan orang mulai dari pengamat burung dan sukarelawan
lingkungan dari Sumatera hingga Flores datang menyempatkan diri dengan motivasi
terbesar mereka adalah value dan
hubungan sosial persaudaraan sesama pengamat burung. Menyatukan pemikiran dan
berbagai informasi untuk kemajuan gerakan konservasi burung dan habitatnya.
Serangkaian kegitan yang dilalui mulai dari seminar di
Gedung Roedhiro UNSOED, workshop di MTs Pakis, birdwatching di daerah sekitar Telaga Kumpe, penyusunan dan
dicetuskannya Kode Etik Pengamat Burung Indonesia, konsolidasi penerbitan Atlas
Burung Indonesia (ABI) tahun 2020, hingga terpilihnya Jakarta sebagai tuan
rumah PPBI X menjadi moment-moment penting dalam PPBI IX dimana setiap moment
memiliki cerita uniknya masing-masing.
Pembukaan seminar yang diawali dengan nyanyian Elang
Jawa oleh teman-teman MTs Pakis dan orasi budaya oleh Budayawan Banyumas, yaitu
Bapak Ahmad Tohari mengenai jenis burung bence yang sering disebutkan dalam
novel-novel beliau hingga prinsip Tri Hita Karana: tiga penyebab terciptanya kesejahteraan
atau kebahagiaan bersumber pada keharmonisan hubungan antara manusia dengan
Tuhannya, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam lingkungannya.
“Orang Indonesia menganggap burung dalam dua hal, yaitu burung dipelihara dan
lebih banyak dilepas, tetapi dianggap sebagai sumber makanan sehingga
ditangkap. Padahal semua binatang punya hak hidup seperti kita. Tuhan menjadikan
manusia sebagai khalifah di bumi untuk mengelola kehati termasuk burung” jelas
beliau.
Sepertinya mentari tidak berpihak
kepada kami karena selama dua hari berturut-turut turun hujan sehingga kabut
turun. Namun hal ini tidak mengurungkan niat dan semangat kami untuk tetap
melakukan birdwatching menyisir
tipis-tipis daerah sekitar Telaga Kumpe. Keseruan yang terus bergulir hingga
akhir kegiatan ditambah dengan kehangatan tempe mendoan yang menjadi cemilan
kami kala itu membuat perut tenang dan hatipun ikut senang hehe. Terima kasih
panitia PPBI IX, seluruh peserta dan pihak-pihak yang mendukung kegiatan ini, appreciate! Sampai jumpa di PPBI X Jakarta.
Salam Lakune Nyong Rikha Padha!
Penulis : Annisa
Haryanti N.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar