EKOLOGI DAN RELUNG BURUNG DALAM HABITATNYA

Ekologi burung merupakan salah satu aspek penting dalam memahami keanekaragaman hayati di Bumi. Relung ekologis burung merujuk pada peran dan fungsi spesies burung dalam ekosistemnya. Makalah ini akan membahas konsep ekologi dan relung burung, faktor-faktor yang mempengaruhi, serta contoh-contoh relung burung di berbagai habitat.

Ekologi burung adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara burung dengan lingkungan sekitarnya. Relung ekologis burung adalah posisi khusus yang ditempati oleh suatu spesies tertentu berdasarkan wilayah geografis yang ditempati dan peran yang dimainkan dalam komunitasnya (Pocheville, 2015). Relung ini mencakup aspek-aspek yang mempengaruhi keberlangsungan hidup burung, termasuk sumber daya makanan, habitat dan tempat tinggal, perilaku sosial dan reproduksi, serta interaksi dengan spesies lain. Sumber daya makanan merupakan faktor kunci karena ketersediaan dan kualitas makanan menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisme. Habitat dan tempat tinggal mempengaruhi perlindungan dari predator dan kondisi lingkungan yang sesuai untuk hidup. Perilaku sosial dan reproduksi mencakup cara organisme berinteraksi satu sama lain dalam kelompok dan strategi reproduksi yang mereka gunakan untuk memastikan keturunan. Terakhir, interaksi dengan spesies lain, baik itu simbiosis maupun persaingan, mempengaruhi dinamika ekosistem dan kelangsungan hidup organisme dalam relung tersebut.

Contoh relung burung di menunjukkan adaptasi spesies burung terhadap lingkungan tempat mereka tinggal. Burung pemakan buah seperti nuri dan rangkong beradaptasi dengan makannya dengan menyesuaikan paruhnya untuk membantu mereka mengambil dan membuka buah.  Nuri memiliki paruh bengkok dengan ujung tajam yang mampu memegang buah dengan bantuan lidahnya. Paruh tajamnya juga dapat membuka kulit keras dari beberapa buah atau biji. Rangkong sementara memiliki paruh panjang yang melengkung kebawah. Paruh mereka dapat digunakan untuk meraih dan memegang buah seperti sumpit

Gambar 1. Rangkong papan (Buceros bicornis) memakan buah. Sumber: Lip Kee. https://www.flickr.com/photos/64565252@N00/5110158240


Di padang rumput, burung pemakan serangga dan biji seringkali memanfaatkan rumput sebagai tempat mencari makanan dan berlindung dari predator. Karena mereka biasa beraktifitas di sekitar rumput, berbagai burung-burung kicau yang hidup di padang rumput atau sabana beradaptasi untuk berkamuflase dengan rerumputan di sekitar mereka. Bagi burung yang hidup di padang rumput yang seringkali kering seperti di sabana atau steppe banyak burung kicau memiliki warna coklat-hitam. Mereka juga memiliki corak dan lurik di punggung atau sisi sayap untuk membantu menyembunyikan bentuk tubuh mereka. Alasan ini mengapa banyak burung padang rumput memiliki warna yang sangat serupa. Burung seperti cica-koreng (Megalurus palustris) dengan warna tubuh coklat dengan lurik dan garis hitam di punggung dan penutup sayap menyerupai kecici belang (Locustella fasciolata). Kedua burung ini berkerabat dengan satu sama lain dan termasuk di keluarga yang sama; Locustellidae. Namun burung yang tidak berkerabat dekat pun dapat memiliki warna yang mirip, seperti cica-koreng jawa dan Cici padi (Cisticola juncidis). Kemiripan ini dapat mengecohkan pengamat burung yang tidak bermata tajam

Gambar 2. Cici padi (kanan) dan cica-koreng jawa (kiri).

Sumber: Cici padi: https://www.flickr.com/photos/rogerwasley/49497674662, Cica-koreng jawa: Wouter van der Ham, Observation.org https://observation.org/species/77301/

 

Berbagai burung air memiliki adaptasi yang serupa untuk bertahan hidup di sekitar perairan. Banyak burung air memiliki kaki panjang yang membantu mereka berjalan di lumpur atau pasir. Namun contoh adaptasi burung terhadap relungnya yang paling kelihatan terdapat di ordo Charadriiformes. Banyak jenis burung di ordo Charadriiformes seringkali disebut sebagai burung pantai (shorebirds) karena habitat utama mereka adalah pesisir pantai. Famili Scolopacidae (trinil dan kerabat), Charadriidae (cerek dan kerabat), Recurvirostridae (gagang-bayam dan kerabat) dan Haematopodidae (kedidir dan kerabat) adalah contoh burung pantai dari ordo ini. Burung pantai menunjukkan adaptasi yang beragam dalam mencari makan. Bentuk paruh burung pantai menyesuaikan dengan tipe pakan atau perilaku pakan mereka.

Trinil, kedidi dan kerabatnya memiliki paruh panjang yang dipenuhi dengan sel saraf. Burung-burung ini memasukkan paruhnya berkali-kali di pantai untuk mendeteksi getaran atau gerakan dari cacing atau kerang yang terbenam di dalam sedimen. Ketika mencari makan berkali-kali menusuk paruh mereka ke dalam paruh sambil berjalan. Burung pantai di famili ini juga memiliki bentuk dan paruh yang beragam. Kedidi dari genus Calidris memiliki paruh lurus dengan ujung runcip, sementara gajahan dari genus Numenius memiliki paruh panjang yang melengkung. Jenis yang berbeda dapat mencari makanan di kedalaman lumpur yang berbeda sesuai dengan bentuk dan panjang paruh mereka. Trinil-pembalik-batu (Arenaria interpres) memiliki paruh yang sedikit melengkung ke atas. Paruh ini digunakan untuk memindahkan batu untuk mencari mangsa yang tersembunyi.

 

 

Gambar 3. Kanan: Kedidi leher-merah (Calidris ruficolis). Kiri: Gajahan eurasia (Numenius arquata). Sumber: Muhamad Azriel

 

Famili lain juga beragam; Paruh-lengkung (Recurvirostra) mendapatkan namanya karena paruh melengkung keatas. Ketika mencari makan, paruh-lengkung menyapu paruhnya di air dari sisi ke sisi. Perilaku ini dilakukan untuk merasakan adanya mangsa di air seperti ikan kecil atau invertebrata air. Kedidir membuka cangkang kerang dan siput dengan menusuk cangkang yang sedikit terbuka dan memutus otot cangkangnya. Kedidir belang (Haematopus longirostris) memiliki beragam teknik membuka cangkang, dari membanting cangkang di batu sampai menusuk.

Gambar 4. Kedidir belang (Kanan) dan Paruh-lengkung belang (kiri).

Sumber: Kanan: JJ Harrison (https://www.jjharrison.com.au/) - CC BY-SA 3.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=8725591.

Kiri: Oleh Andreas Trepte - Karya sendiri, CC BY-SA 2.5, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=10610115

 

Cerek dan kerabatnya berbeda dari burung pantai lain. Bagi pengamat burung yang telah melihat burung-burung ini mungkin familiar dengan perilaku berlari-lari mereka. Cerek mencari makan dengan indra penglihatan. Paruh pendek mereka tidak digunakan untuk mencari mangsa di dalam pasir, melainkan hewan-hewan yang ada di permukaan sedimen. Variasi dalam bentuk paruh dan perilaku makan terjadi karena jenis-jenis burung memiliki preferensi makanan yang berbeda sehingga mencegah kompetisi antar satu sama lain ketika satu pantai dikunjungi oleh burung pantai yang beragam jenisnya.

Gambar 5. Kiri: Cerek kalung-kecil (Charadrius dubius). Kanan: Cerek jawa (Charadrius javanicus). Sumber: Muhamad Azriel

           

Perubahan habitat memiliki dampak signifikan terhadap relung burung, yang dapat mengancam kelangsungan hidup dan kesejahteraan mereka. Kehilangan habitat dan sumber daya makanan adalah salah satu dampak utama, di mana penggundulan hutan atau perubahan lanskap alami mengurangi tempat tinggal dan area mencari makan bagi burung. Perubahan perilaku sosial dan reproduksi juga terjadi, karena burung harus menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang baru, yang mungkin mempengaruhi pola migrasi, pemilihan pasangan, dan strategi reproduksi. Peningkatan risiko kepunahan menjadi lebih nyata ketika habitat asli burung hilang atau terganggu, membuat mereka lebih rentan terhadap predator dan penyakit.  Misalnya, deforestasi di hutan-hutan tropis telah menyebabkan hilangnya habitat penting bagi banyak spesies burung, seperti burung hantu dan burung pipit.

Gambar 6 Tempat Penangkaran Tyto alba di PT Unggul Widya Teknologi Lestari


Tanpa tempat berlindung yang memadai, burung-burung ini menjadi lebih mudah diserang oleh predator lain dan rentan terhadap penyebaran penyakit. Selain itu, gangguan habitat juga mengurangi sumber daya makanan yang tersedia, sehingga burung harus mencari makan di area yang lebih luas dan berisiko tinggi. Hal ini mengurangi tingkat kelangsungan hidup dan reproduksi mereka, yang pada akhirnya meningkatkan risiko kepunahan .Selain itu bahan komposisi spesies dapat terjadi, di mana spesies yang lebih adaptif terhadap lingkungan baru mungkin mendominasi, mengurangi keanekaragaman hayati dan mempengaruhi keseimbangan ekosistem.


Penulis :

Dewi Pusparini, Friscilla Sianturi, Muhamad Azriel

Editor : 

Muhamad Azriel

 

Daftar Pustaka

Avian Community Structure and Ecological Niche Dynamics in Fragmented Landscapes" - Ecography (2019).

Begon, M., Townsend, C. R., & Harper, J. L. (2006). Ecology: From Individuals to Ecosystems.

Habitat Selection and Niche Partitioning of Bird Species in Tropical Forests" - Journal of Animal Ecology (2020).

Krebs, C. J. 2009.The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Ecology. Australia.

Pocheville, A. 2025. The Ecological Niche: History and Recent Controversies. Springer Science and Business Media Dordrecht.  Australia.

Winkler, D. W., S. M. Billerman, and I. J. Lovette (2020). Sandpipers and Allies (Scolopacidae), version 1.0. In Birds of the World (S. M. Billerman, B. K. Keeney, P. G. Rodewald, and T. S. Schulenberg, Editors). Cornell Lab of Ornithology, Ithaca, NY, USA. https://doi.org/10.2173/bow.scolop2.01

Winkler, D. W., S. M. Billerman, and I. J. Lovette (2020). Stilts and Avocets (Recurvirostridae), version 1.0. In Birds of the World (S. M. Billerman, B. K. Keeney, P. G. Rodewald, and T. S. Schulenberg, Editors). Cornell Lab of Ornithology, Ithaca, NY, USA. https://doi.org/10.2173/bow.recurv1.01

Hockey, P., G. M. Kirwan, and P. F. D. Boesman (2020). Pied Oystercatcher (Haematopus longirostris), version 1.0. In Birds of the World (J. del Hoyo, A. Elliott, J. Sargatal, D. A. Christie, and E. de Juana, Editors). Cornell Lab of Ornithology, Ithaca, NY, USA. https://doi.org/10.2173/bow.pieoys1.01


Tidak ada komentar:

Posting Komentar