Cikaniki merupakan salah satu kawasan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang terletak pada ketinggian 500 - 1.929 mdpl. Kawasan ini merupakan kawasan yang selalu diselimuti kabut, selain itu kawasan ini mempunyai potensi yang tinggi dalam segi keanekaragaman hayati baik flora dan faunanya. Ditinjau dari segi ilmu pengetahuan di bidang konservasi khususnya terhadap satwa maka kawasan Cikaniki dapat bermanfaat sebagai tempat pelestarian satwa-satwa liar khususnya jenis endemik Pulau Jawa.
Cikaniki - Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Pada tahun 1995- 2009 terdapat kurang lebih 270
spesies burung diantaranya elang jawa (Nisaetus bartelsi), luntur jawa (Apalharpactes
reinwardtii) atau yang lebih dikenal Javan Trogon atau Blue-tailed Trogon dan
srigunting bukit (Dicrurus remifer). Kondisi habitat yang baik menentukan
kualiatas dan kuantitas terhadap satwa khususnya burung. Burung menjadi suatu
indikator lingkungan yang baik karena dengan adanya burung ekosistem di wilayah
tersebut dianggap seimbang. Maka dari itu, perlu adanya perhatian dan kerjasama
dari pihak pengelola dan pihak-pihak terkait lainnya untuk menjaga kelestarian
kawasan di Cikaniki.
Biological Bird Club “Ardea” Fakultas Biologi
Universitas Nasional Jakarta merupakan salah satu kelompok mahasiswa yang
beberapa waktu lalu melakukan pengamatan burung tepatnya di kawasan cikaniki.
Biological Bird Club “Ardea” atau biasa
di kenal dengan BBC, juga merupakan wadah
bagi mahasiswa yang terkonsentrasi pada perlindungan dan pelestarian burung.
Dari pengamatan yang dilakuan di sana, kami
berhasil menemukan 32 jenis burung dari sekian jenis burung yang ada di sana
baik yang endemik maupun non-endemik. Salah satu burung yang paling sering kita jumpai di sana yaitu,
Sepah gunung (Pericrocotus miniatus) dan Walet linchi (Collocalia linchi)
Sepah gunung (Pericrocotus miniatus)
Selain itu kami juga menemukan salah satu
burung yang unik yaitu, Sempur Hujan Rimba (Eurylaimus
javanicus).Burung ini merupakan salah satu anggota dari suku Eurylaimidae, suku
burung Asia dan Afrika yang memiliki ciri-ciri umum yaitu : Berkepala besar,
paruh berat dan lebar, kaki pendek, ekor memanjang. Kebanyakan jenis
berwarna-warni.
Sempur Hujan Rimba adalah burung yang berukuran
sedang (21 cm), berwarna keunguan. Kepala besar, paruh biru, kokoh dan lebar.
Kepala dan kerongkongan memiliki warna merah muda keabuan, garis dada sempit. Punggung
dan sayap kehitaman, ditandai oleh bulu kuning yang panjang dan rapat, garis
melintang kuning, serta bintik putih pada sisi depannya. Pangkal ekor yang
tertutup oleh bulu yang berwarna kuning panjang dan besar. Tubuh bagian bawah
keunguan, dada jantan bergaris abu-abu gelap dan tungkir berwarna kuning. Iris
biru, paruh biru kehijauan dengan ujung hitam dan kaki kemerahmudaan.
Sempur Hujan Rimba (Eurylaimus
javanicus)
Kalau berbicara tentang penyebaran, burung yang satu
ini memiliki penyebaran yang cukup luas. Untuk penyebaran global, mencangkup
kawasan yang ada di semenanjung Malaysia dan Sunda Besar. Sedangkan untuk
penyebaran lokalnya mencangkup kawasan yang ada di Sumatera (termasuk
pulau-pulau di sekitarnya) dan kalimantan (termasuk Kep. Natuna), tidak umum
sampai ketinggian 1.000 m. Biasa terdapat di jawa sampai pada ketinggian 1.500
m.
Burung ini juga memiliki kebiasaan sering
mengunjungi tingkatan atas dan bawah dari hutan primer, hutan sekunder, hutan
kerangas, dan perkebunan. Bertengger diam-diam di hutan, sering di tempat yang
terbuka, berburu dari tenggerannya. Memakan jengkerik besar, laba-laba dan
belalang ranting, jadi tak heran jika burung yang satu ini disebut juga sebagai
burung hutan pengejar serangga dengan suara siulan berdenging memelas. Nyanyian
terdiri dari deretan nada nyaring yang
dimulai dengan nada tunggal “yeow”, meninggi lalu menurun.
Oleh : Dewi Ayu dan Aulia
Foto-foto : Gusti Wicaksono dan Tatang MS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar